Minggu, 30 Januari 2011

REVOLUSI HIJAU

KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirant Tuhan Yang Maha Esa yang dengan berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “revolusi hijau” tepat pada waktunya.

Makalah ini kami buat sesederhana mungkin, dengan bahasa dan pola pengkajian yang sederhana pula, agar anda mudah memahami dan mengerti isi dari makalah yang kami buat ini. Makalah ini membahas tentang apa saja Revolusi hijau, karena untuk memenuhi tugas biokimia dalam menjalankan tugas yang kurang memenuhi kriteria nilai.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Akhirnya, kami berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat.





Jakarta, 03 Oktober 2010




PENYUSUN
























DAFTAR ISI


Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1 Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Perumusan Masalah 5
Bab 2 Pembahasan 6
2.1. Tujuan Khusus Pengajaran 6
2.2. Individu dan Karakteristiknya 6
2.2.1. Pengertian Individu 6
2.2.2. Karakteristik Individu 8
2.2.3. Aspek Perkembangan Individu 16
2.2.4. Memahami Perbedaan Individual 20
2.2.5. Perlunya Pemahaman Pekembangan
Peserta Didik 24
Bab 3 Penutup 26
3.1. Kesimpulan 26
3.2. Saran 26
Daftar Pustaka 27


ii















BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

. Teori malthus :“ pertumbuhan penduduk seiring dengan deret hitung, sedangkan peningkatan produksi pangan seiring dengan deret ukur.” masalah kemiskinan yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga dilakukan pengontrolan jumlah kelahiran dan meningkatkan usaha pencarian dan penelitian binit unggul dalam bidang pertanian, masalah pangan merupakan masalah yang serius di dunia yang berkaitan dengan masalah gizi, masalah pangan dapat diatasi jika terjadi pengembangan tehnologi dibidang pangan (pertanian, peternakan dan peikanan). Revolusi Hijau merupakan pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi bahan pangan sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin.
Sejarah revolusi hijau Revolusi hijau pertama kali disponsori oleh Ford dan Rockefeller Foundation untuk mencari varietas tanaman pengahasil biji-bijian yang berproduksi tinggi, revolusi hijau di mulai di Mexico pada tahun 1950, dan pada tanuh 1960-an berhasil menghsilkan varietas gandum unggul, di Filipina, International Rice Research Institute (IRRI) berhasil mengembangkan varietas padi unggul Perhatian dunia selanjutnya tidak hanya serealia (bahan makanan pokok), tetapi juga peningkatan produksi kacang-kacangan dan sayur-sayuran.Tahun 1970, CGIAR (Consultative Group for International Agriculture Research) membantu berbagai pusat penelitian pertanian Internasional. Hal ini menunjukan perhatian dunia yang besar terhadap usaha peningkatan produksi pertanian.
Tahapan revolusi hijau dalam perkembangannya ialah revolusi tahap pertama, terjadi antara tahun 1500 – 1800 ketika kebanyakan hasil petanian (gandum, padi, jagung dan kentang)disebar ke seluruh dunia, revolusi hijau tahap kedua, terjadi di Eropa dan Amerka Utara antar tahun 1850 – 1950 dan terutama di dasarkan penerapan hukum ilmiah terhadap produksi hasil petanian dan hewan melalui penggunaan pupuk, irigasi dan pemberantasan hama dn penyakit secara luas dan terkendali, revolusai tahap ketiga, terjadi di negara-negara maju sejak perang dunia II dan terutama melalui seleksi dan persilangan genetika atas varietas tenaman dan hewan unggul dan lebih resisten terhadap penyakit dan serangga, revolusi hijau tahap keempat, telah tersebar luas pada tahun-tahun ini. Tahap ini bukan hal yang baru, melainkan kombinasi dari revolusi hijau tahap kedua dan tahap ketiga, dan terutama ditujukan untuk negara-negara berkembang. Tahun 1967 varietas padi dan gandum jenis unggul dikembangkan di daerah-daearah tropis dan sub tropis, seperti India, Turki,
Di negara maju terjadi peningkatan produksi pangan lebih besar dari negara berkembang
Sementara pertumbuhan penduduk di negara maju lebih rendah dibanding negara berkembang, Terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan pangan dengan produksi pangan di negara berkembang.





























1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah penelitian yang akan dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pangan.
2. Pengelolaan varietas bibit unggul.
3. Kondisi apa saja yang perlu dipertimbangkan untuk peningkatan gizi.
4. Produksi pangan tergantung pada iklim, geografi, biologi, social, ekonomi.


1.1 Tujuan

Untuk peningkatan produksi pangan terutama serelia yang merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk dunia seperti gandum, beras, jagung dan sagu.
Peningkatan mutu gizi untuk kesejahteraan manusia
mengubah petani-petani gaya lama (peasant) menjadi petani-petani gaya baru (farmers)
















BAB II

PEMBAHASAN


2.1 Revolusi Hijau
Pokok isi uraian yang disajikan pada bab ini adalah tentang revolusi hijau dan dampak-dampah apa saja yang akan tarjadi.

1. Pengertian Revolusi hijau

Revolusi hijau atau green revolution adalah pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi bahan pangan, terutama biji-bijian (serelia) seperti gandum, jagung, padi, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran. Revolusi hijau merupakan istilah yang digunakan untuk untuk meningkatkan hasil fitosintesis yang mempunyai nilai ekonomi dan keberhasilan dalam memperoleh jenis-jenis unggul. Usaha yang terbaik dan tercepat untuk meningkatkan pesediaan bahan makanan adalah neningkatkan hasil lahan pertanian. Hal ini dapat di capai dengan memperkenalkan tanaman-tanaman yang seluruhnya baru di suatu daerah atau dengan memeperbaiki hasil-hasil melalui penggunaan pupuk, peningkataan irigasi, perlindungan yang baik terhadap hama pernyakit tanaman atau dengan pengenalan varietas tanaman dengan jenis unggul, yang kesemuanya itu disebut panca usaha tani. Ternyata dengan panca usaha tani tersebut dapat menimbulkan hasil yang cukup tingi atas lahan yang relatif luas.
ketika revolusi hijau (green revolution) dikenalkan awal 1970-an dan berkembang hingga terbukti ampuh dengan pencapaian swasembada beras nasional tahun 1984, penyuluhan pertanian banyak disebut sebagai salah satu kunci kisah sukses tersebut. Kini hampir seperempat abad setelah even tersebut, nampaknya menjadi momen yang penting untuk mengengok kembali eksistensi dan kondisi terkini atas penyuluhan pertanian.
Penyuluhan pertanian secara umum dipahami sebagai kegiatan menyebarluaskan informasi pertanian serta membimbing usahatani terhadap petani. Dinamika perjalanan penyuluhan pertanian bergerak sejalan dengan dinamika sosial, politik dan ekonomi nasional. Ketika kebijakan nasional memberi prioritas yang tinggi pada pembangunan pertanian maka aktivitas penyuluhan berkembang dengan sangat dinamis, dan sebaliknya ketika prioritas pembangunan pertanian tidak menjadi agenda utama maka penyuluhan pertanian mengalami masa suram dan stagnasi. Sebagaian orang berpendapat bahwa istilah yang lebih tepat atas usaha diatas disebut dengan istilah “evolusi hijau” atau green evolution, karena usaha tersebut dilakukan selama bertahun-tahun. Program revolusi hijau diusahakan melalui pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas baru yang melampaui daerah adaptasi dari varietas yang telah ada. Varietas unggul yang baru akan berhasil bila mempunyia adaptasi geografis yang luas, responsif pengairan dan pemupukan, resisten terhadap hama dan penyakit. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa sebenarnya produk tanaman yang dipanen manusia adalah hasil fotosintesis. Pada serealia, produk yang dimanfaatkan adalah biji. Biji mengandung karbohidrat yang berasal dari proses fotosintesis. Dengan demikian untuk meningkatkan karbohidrat perlu ditingkatkan aktivitas fotosintesis. Aktivitas fotosintesis sangat dipengaruhi oleh cahaya.
Oleh karena itu,daun sebagai pelaksana fotosintesis harus memiliki persyaratan matahari. Persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki daun untuk melakukan fotosintesis, adalah :
- mampu mengabsorpsi sinar matahari yang berguna untuk fotosintesis secara optimal
- kedudukan daun (filotaksis) tidak saling menaungi serta mempunyai posisi yang sesuai dengan arah datangnya sinar
- penguapan yang sering terjadi pada daun haruis seimbang dengan yang tersedia


2. Varietas unggul dan sumber produksi pangan

Revolusi gen sengaja digunakan oleh FAO untuk menyatakan bahwa masih ada harapan untuk mengulang "kesuksesan" Revolusi Hijau, dengan cara mengadopsi teknologi terkini di bidang pertanian yang dikenal dengan nama bioteknologi pertanian.
FAO menyarankan ke semua negara di dunia untuk membangun kapasitas, menyusun strategi dan program, serta menerapkan bioteknologi pertanian. Sayangnya dalam laporan tersebut FAO terjebak sehingga bisa diartikan bahwa "bioteknologi pertanian" adalah tanaman transgenik. Padahal, bioteknologi pertanian meliputi juga pengendalian hama terpadu dengan memanfaatkan agen hayati, efisiensi pemupukan dengan memanfaatkan mikroba tanah, teknologi modern pengomposan, dan peningkatan bahan organik tanah serta kultur jaringan.
Beberapa teknologi yang lebih canggih disinggung sepintas dalam laporan FAO, yaitu molecular marker assisted breeding, seleksi in-vitro, pengembangan vaksin dan diagnostik, inseminasi buatan dan multiple ovulation-embryo transfer (MOET) untuk produksi dan pemuliaan ternak, serta chromosome-set manipulation dan sex reversal untuk mengubah kelamin ikan dan peningkatan produktivitas.
Hampir semua uraian dalam laporan FAO tersebut mengulas berbagai keunggulan dan keuntungan bagi siapa pun yang menerapkan tanaman transgenik. Semakin cepat semakin besar keuntungan yang bisa diperoleh. Bahkan, Prof Ingo Potrykus (penemu golden rice) menyatakan siapa pun yang menolak teknologi tersebut dan menyebabkan terhambatnya penerapan tanaman transgenik dituduh sebagai "crimes against humanity".
Dalam laporan tersebut disebutkan, adopsi kapas Bt (produksi Monsanto) di Amerika Serikat telah memberikan keuntungan ekonomi per tahun rata-rata sebesar 200 juta dollar AS hingga 250 juta dollar AS yang terdistribusikan bagi industri sebesar 35 persen, petani 46 persen, dan konsumen 19 persen.
Keuntungan ekonomi penerapan kapas Bt juga didapatkan di Argentina, China, Meksiko, dan Afrika Selatan, yaitu masing-masing sebesar 23, 470, 295, dan 65 dollar AS per hektar per musim tanam.
Dalam laporan juga diulas mengenai potensi keuntungan ekonomi yang akan diperoleh oleh Filipina bila menanam Golden Rice (padi transgenik yang disisipi gen beta-karotin, prekursor vitamin A), yaitu sebesar 137 juta dollar AS. Sebaliknya negara-negara di Afrika Barat akan mengalami kerugian karena tidak mengadopsi kapas Bt sebesar 21 juta dollar AS hingga 205 juta dollar AS setiap tahunnya.
Terdapat dua metode untuk meningkatkan produksi bahan makanan, yakni metode ekstensifikasi dan Intensifikasi. Metode Ekstensifikasi dilakukan dengan cara memperluas lahan pertanian dalam meningkatkan produksi bahan makanan. Denga metode ini maka akan dibuka lahan-lahan baru untuk ditanami, entah dengan membuka hutan, mengubah lahan tandus menjadi lahan produktif. Sedangkan metode Intensifikasi adalah dengan cara meng-intensif-kan lahan pertanian yang ada, supaya produktivitas lahan terus meningkat. Metode yang kedua ini dengan cara menggunakan (1) bibit unggul, (2) memakai pupuk kimia / buatan, (3) saluran irigasi yang baik, (4) pengobatan atau pemakaian Pestisida, Insektisida dan Fungisida, (5) kegiatan Penyuluhan Pertanian, (6) lancarnya transportasi dan komunikasi, (7) serta kegiatan pemasaran yang baik.

Adapaun Upaya yang dilakukan untuk menggalakan revolusi hijau ditempuh dengan cara:

1. Revolusi hijau diusahakan melalui pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas unggul dan mampu beradaptasi. Kemampuan adaptasi yang diharapkan adalah :
a) adaptasi geografis yang luas, artinya dapat tumbuh atau mempunyai penyebaran yang cukup luas
b) responsif terhadap pengairan dan pemupukan
c) resistensi terhadap hama dan penyakit

2. Intensifikasi pertanian merupakan bentuk mekanisme revolusi hijau di Indonesia yang biasa di kenal dengan sebutan panca usaha tani, yaitu 5 (lima) usaha untuk meningkatkan hasil pertanian yang meliputi :
a) pengolahan tanah yang baik
b) penggunaan bibit unggul
c) pemupukan dengan tepat
d) pengaturan irigasi
e) pemberantasan hama dengan pestisida


3. Ekstensifikasi Pertanian
Ekstensifikasi pertanian, yaitu  Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan tandus menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dsb)
4. Diversifikasi Pertanian
Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat mencegah kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para petani.
5.   Rehabilitasi Pertanian
Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan, serta daerah rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan.

3. Hubungan Bioteknologi pada Produksi Pangan

Pestisida telah lama diketahui menyebabkan iritasi mata dan kulit, gangguan pernapasan, penurunan daya ingat, dan pada jangka panjang menyebabkan kanker. Bahkan jika ibu hamil mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung residu pestisida, maka janin yang dikandungnya mempunyai risiko dilahirkan dalam keadaan cacat. Penggunaan pestisida juga menyebabkan terjadinya peledakan hama suatu keadaan yang kontradiktif dengan tujuan pembuatan pestisida karena pestisida dalam dosis berlebihan menyebabkan hama kebal dan mengakibatkan kematian, musuh alami hama yang bersangkutan.
namun, mitos obat mujarab pemberantas hama tetap melekat di sebagian petani. Mereka tidak paham akan bahaya pestisida. Hal ini disebabkan karena informasi yang sampai kepada mereka adalah ‘jika ada hama, pakailah pestisida merek A’. para petani juga dibanjiri impian tentang produksi yang melimpah-ruah jika mereka menggunakan pupuk kimia. Para penyuluh pertanian adalah ‘antek-antek’ pedagang yang mempromosikan keajaiban teknologi modern ini. Penyuluh pertanian tidak pernah menyampaikan informasi secara utuh bahwa pupuk kimia sebenarnya tidak dapat memperbaiki sifat-sifat fisika tanah, sehingga tanah menghadapi bahaya erosi. Penggunaan pupuk buatan secara terus-menerus juga akan mempercepat habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah, sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman. Akibatnya, kesuburan tanah di lahan-lahan yang menggunakan pupuk buatan dari tahun ke tahun terus menurun.

4. Dampak Revolusi Hijau

a. Negatif

Bahan kimia sintetik yang digunakan dalam pertanian, pupuk misalnya telah merusak struktur, kimia dan biologi tanah. Bahan pestisida diyakini telah merusak ekosistem dan habitat beberapa binatang yang justru menguntungkan petani sebagai predator hama tertentu. Disamping itu pestisida telah menyebabkan imunitas pada beberapa hama. Lebih lanjut resiko kerusakan ekologi menjadi tak terhindarkan dan terjadinya penurunan produksi membuat ongkos produksi pertanian cenderung meningkat. Akhirnya terjadi inefisensi produksi dan melemahkan kegairahan bertani.
Revolusi hijau memang pernah meningkatkan produksi gabah. Namun berakibat:
Berbagai organisme penyubur tanah musnah
Kesuburan tanah merosot / tandus
Tanah mengandung residu (endapan pestisida)
Hasil pertanian mengandung residu pestisida
Keseimbangan ekosistem rusak
Terjadi peledakan serangan dan jumlah hama.
Penggunaan pupuk buatan dan pestisida secara berlebihan akan mengakibatkan lahan pertanian menjadi tidak subur lagi.
Berkurangnya keanekaragaman genetic jenis tanaman tertentu yang disebabkan oleh penyeragaman jenis tanaman tertentu yang dikembangkan.
Adanya mekanisme pertanian mengakibatkan cara bertani tradisional menjadi terpinggirkan.
Rasa kegotongroyongan semakin menurun.
Hasil panen dari beberapa kawasan Revolusi Hijau mengalami penurunan.

a. Positif
Meningkatkan produktivitas tanaman pangan.
Peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat industri menjadi terpenuhi.
Indonesia berhasil mencapai swasembada beras.
Kualitas tanaman pangan semakin meningkat.
Memberikan lapangan kerja bagi para petani maupun buruh pertanian.
Daerah yang tadinya hanya dapat memproduksi secara terbatas dan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal masyarakatnya dapat menikmati hasil yang lebih baik karena revolusi hijau.
Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.
Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian


5. CIRI-CIRI REVOLUSI HIJAU
a) Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi, atau istilah lainnya MONOKULTUR. Teknik ini dilakukan dikarenakan perhitungan pragmatis, bahwa jika tanaman yang sama, maka kebutuhan akan obat dan pupuk juga akan sama. Jadi mempermudah merawatnya
b) Penggunaan bibit yang unggul yang tahan terhadap penyalkit tertentu dan juga hanya cocok ditanam dilahan tertentu. Kemajuan teknologi dengan teknik kultur jaringan, memungkinkan memperoleh varietas tertentu sesuai dengan yang diharapkan. Dan dengan penelitian terus menerus, maka semakin hari umur tanaman makin pendek.
c) Pemanfaatan teknologi maju. Misalnya bajak oleh binatang, digantikan oleh mesin traktor. Dampaknya adalah semakin hemat tenaga kerja, tetapi akan memerlukan modal yang besar.





























BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Revolusi hijau merupakan usaha pengembangan teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan. Peningkatan tersebut dengan cara mengubah dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern, yakni pertanian dengan memanfaatkan atau menggunakan teknologi lebih maju dari waktu sebelumnya. Dengan Revolusi ini para petani ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan para petani pada cuaca dan alam karena meningkatnya peran ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Jenis bahan makanan yang mendapat prioritas adalah jenis bahan pokok bagi sebagian besar penduduk dunia, seperti gandum, jagung, padi dan sorgum.
Revolusi gen digunakan oleh FAO untuk Revolusi Hijau, dengan cara mengadopsi teknologi terkini di bidang pertanian yang dikenal dengan nama bioteknologi pertanian meliputi juga pengendalian hama terpadu dengan memanfaatkan agen hayati, efisiensi pemupukan dengan memanfaatkan mikroba tanah, teknologi modern pengomposan, dan peningkatan bahan organik tanah serta kultur jaringan.
Terdapat dua metode untuk meningkatkan produksi bahan makanan, yakni metode ekstensifikasi dan Intensifikasi.

3.2 Saran
Berdasarkan lingkup masalah diatas, perlu adanya beberapa saran yang harus dilakukan oleh kita sebagai tenaga pengajar dan tenaga pendidik sebagai berikut :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar